UAV "Smart Eagle II" Indonesia


Selaku wahana pengamatan berjarak jangkau menengah Smart Eagle II (selanjutnya disebut SE-II) pertama kali muncul di depan publik pada penghujung tahun 2005. SE II merupakan salah satu komponen dari seperangkat sistem pengamatan via udara tanpa awak yang terdiri atas wahana udara (air vehicle), muatan (payload), dan stasiun pengendali (ground control station).
Dimensi fisik SE II adalah sebagai berikut. Panjang badan total mencapai 3,6 meter sementara lebar rentang sayap 4,8 meter dan tinggi (dari permukaan tanah hingga ujung sirip ekor) sekitar satu meter. Dengan bobot kosong 65 kilogram dan bobot maksimum tinggal landas (maximum take-off weight) 100 kilogram, SE II sanggup terbang selama hampir enam jam seraya mengusung beban muatan seberat 20 kilogram. Tempo terbang ini mencakup dua jam untuk menuju dan pulang dari tempat operasi serta empat jam untuk beraksi. Bermodal bahan bakar bensin sebanyak 20 liter, SE II dapat terbang sejauh 150 kilometer dan setinggi 30 kilometer dengan kecepatan jelajah normal (cruise speed) 120 kilometer per jam. Namun dalam kondisi darurat kecepatan terbang SE II dapat digenjot hingga 150 kilometer perjam agar bisa menjangkau lokasi sejauh 300 kilometer.

Kinerja
SE II dapat dimodifikasi agar sanggup mengusung aneka jenis muatan yang disimpan dalam ruang pada bagian tengah bawah badan pesawat berdiameter 26 sentimeter. Muatan dapat berupa seperangkat kamera pengamat berstabilisator giro (gyro-stabilized device) dan sarana tayang hasil pengamatan. Skala perbesaran optis tampilan obyek bidik (zooming optical scale) kamera ini 25 kali. Jika perlu arah bidik kamera dapat dilengkapi alat penjejak sasaran yang dipandu sinar laser (laser beam range finder) berjangkauan 10 kilometer. Atau bisa juga berupa seperangkat kamera pengamat berstabilisator giro dan sensor citra termal (thermal image sensor) yang juga dibantu alat penjejak sasaran berpanduan sinar laser. Berkat keduanya, SE II mampu mendeteksi satu obyek berukuran empat meter persegi dalam jarak tiga kilometer.

Segala gerak gerik SE II dikendalikan oleh dua operator di stasiun pengendali. Operator pertama mengatur olah terbang dan operator kedua mengoperasikan perangkat pengamat. Komunikasi umum antara SE II dengan stasiun pengendali dilakukan lewwat alat komunikasi tanpa kabel (wireless communication device) yang bekerja pada frekuensi 2,4 Giga Hertz. Untuk mengirim sinyal perintah operasi kepada SE II dipakai perangkat komunikasi yang bekerja pada gelombang elektromagnetik berfrekuensi UHF (Ultra High Frequency) sementara untuk menerima data hasil pengamatan dipakai perangkat komunikasi yang bekerja pada pita gelombang elektromagnetik tipe S (S-band).

Sistem kendali penerbangang SE II memanfaatkan sistem fly by wire dan untuk keperluan navigasi mengandalkan perangkat penentu lokasi Global Positioning System (GPS). Agar data hasil pengamatan SE II juga dapat disaksikan pihak di luar stasiun pengendali pada waktu yang bersamaan maka disertakan unit penerima data mobil (mobile receiver unit). Guna menjalankan seluruh kegiatan operasional ini dibutu*kan tenaga listrik sebesar lima kilo Watt yang dipasok oleh dua unit pembangkit tenaga listrik bergerak skala kecil (mobile genset). Selain itu unit operasional SE II juga melibatkan unit perawatan dan penyedia suku cadang. Seluruh sistem operasional SE II dapat disiagakan kedelapan awaknya dalam waktu dua jam.

Spesifikasi
Panjang             : 3.6 meter
Lebar                : 4.8 meter
Tinggi                : 1 meter
Berat Kosong    : 65 kilogram
Berat Maksimal : 100 kilogram
Dapat terbang selama enam jam dengan muatan tambahan 20 kilogram, menghabiskan 20 liter bahan bakar untuk penerbangan sejauh 150 pada ketinggian 30 kilometer dengan kecepatan normal 120 km/jam, namun dalam keadaan darurat dapat ditingkatkan menjadi 150 km/jam untuk menjangkau lokasi sejauh 300 kilometer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lontar / Siwalan(Borassus flabellifer)

SS1, Senapan Serbu 1

PISTOL G2 (Jitu) PINDAD